Minggu, 15 Desember 2013

PAKET WISATA KAMPUNG NAGA & GUNUNG GALUNGGUNG, GARUT

PAKET WISATA KAMPUNG NAGA, GARUT

TENTANG KAMPUNG NAGA

Kampung Naga adalah satu perkampungan yang ditempati oleh sekumpulan orang-orang yang benar-benar kuat dalam memegang kebiasaan istiadat peninggalan leluhurnya, dalam hal semacam ini yaitu kebiasaan Sunda. Seperti permukiman Badui, Kampung Naga jadi objek kajian antropologi tentang kehidupan orang-orang pedesaan Sunda pada saat peralihan dari dampak Hindu menuju dampak Islam di Jawa Barat.

Kampung Naga adalah suatu kampung kebiasaan yang tetap lestari. Orang-orangnya tetap memegang kebiasaan kebiasaan nenek moyang mereka. Mereka menampik intervensi dari pihak luar bila hal semacam itu mencampuri serta mengakibatkan kerusakan kelestarian kampung itu. Tetapi, asal mula kampung ini sendiri tak mempunyai titik jelas. Tidak ada kejelasan histori, kapan serta siapa pendiri dan apa yang melatarbelakangi terbentuknya kampung dengan budaya yang tetap kuat ini. Warga kampung Naga sendiri menyebutkan histori kampungnya dengan arti " Pareum Obor ". Pareum bila ditranslate dalam bhs Indonesia, yakni mati, gelap. Serta obor itu sendiri bermakna penerangan, sinar, lampu. Bila ditranslate singkatnya yakni, Matinya penerangan. Hal semacam ini terkait dengan histori kampung naga itu sendiri. Mereka tak tahu asal-usul kampungnya. Orang-orang kampung naga menceritakan bahwasanya hal semacam ini dikarenakan oleh terbakarnya arsip/histori mereka pada waktu pembakaran kampung naga oleh Organisasi DI/TII Kartosoewiryo. Pada waktu itu, DI/TII inginkan terwujudnya negara Islam di Indonesia. Kampung Naga yang waktu itu lebih mensupport Soekarno serta kurang simpatik dengan kemauan Organisasi itu. Oleh karenanya, DI/TII yg tidak memperoleh simpati warga Kampung Naga membumihanguskan perkampungan itu pada th. 1956.

Adapun sebagian versus histori yang dikisahkan oleh sebagian sumber salah satunya, pada saat kewalian Syeh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, seseorang abdinya yang bernama Singaparana ditugasi untuk menyebarkan agama Islam ke samping Barat. Lalu ia hingga ke daerah Neglasari yang saat ini jadi Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Ditempat itu, Singaparana oleh orang-orang Kampung Naga dimaksud Sembah Dalam Singaparana. Satu hari ia memperoleh ilapat atau panduan mesti bersemedi. Dalam persemediannya Singaparana memperoleh panduan, bahwasanya ia mesti menempati satu tempat yang saat ini dimaksud Kampung Naga. Tetapi orang-orang kampung Naga sendiri tak yakini kebenaran versus histori itu, karena lantaran ada " pareumeun obor " tadi.

Kampung ini dengan cara administratif ada di lokasi Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Lokasi Kampung Naga tak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan kota Tasikmalaya. Kampung ini ada di lembah yang subur, dengan batas lokasi, di samping Barat Kampung Naga dibatasi oleh rimba keramat lantaran didalam rimba itu ada makam leluhur orang-orang Kampung Naga. Di samping selatan dibatasi oleh sawah-sawah masyarakat, serta di samping utara serta timur dibatasi oleh Ci Wulan (Kali Wulan) yang sumber airnya datang dari Gunung Cikuray di daerah Garut. Jarak tempuh dari kota Tasikmalaya ke Kampung Naga lebih kurang 30 km., sedang dari kota Garut jaraknya 26 km.. Untuk menuju Kampung Naga dari arah jalan raya Garut-Tasikmalaya mesti menuruni tangga yang telah di tembok (Sunda : sengked) hingga ke pinggir sungai Ciwulan dengan kemiringan seputar 45 derajat dengan jarak kurang lebih 500 mtr.. Lalu lewat jalan setapak menyusuri sungai Ciwulan hingga kedalam Kampung Naga.

Menurut data dari Desa Neglasari, wujud permukaan tanah di Kampung Naga berbentuk perbukitan dengan produktivitas tanah dapat disebutkan subur. Luas tanah Kampung Naga yang ada seluas satu hektar 1/2, beberapa besar dipakai untuk perumahan, pekarangan, kolam, serta selebihnya dipakai untuk pertanian sawah yang dipanen setahun 2 x.

Wujud rumah orang-orang Kampung Naga mesti panggung, bahan rumah dari bambu serta kayu. Atap rumah mesti dari daun nipah, ijuk, atau alang-alang, lantai rumah mesti terbuat dari bambu atau papan kayu. Rumah mesti menghadap kesebelah utara atau ke samping selatan dengan memanjang kearah Barat-Timur. Dinding rumah dari bilik atau anyaman bambu dengan anyaman sasag. Rumah tak bisa dicat, terkecuali dikapur atau dimeni. Bahan rumah tak bisa memakai tembok, meskipun dapat bikin rumah tembok atau gedung (gedong).

Rumah tak bisa dilengkapi dengan perlengkapanan, umpamanya kursi, meja, serta tempat tidur. Rumah tak bisa memiliki daun pintu di dua arah berlawanan. Lantaran menurut asumsi orang-orang Kampung Naga, rizki yang masuk kedalam rumah melaui pintu depan tak lagi keluar lewat pintu belakang. Karenanya dalam menempatkan daun pintu, mereka senantiasa hindari menempatkan daun pintu yang sejajar dalam satu garis lurus.

Di bagian kesenian orang-orang Kampung Naga memiliki pantangan atau tabu mengadakan pertunjukan type kesenian dari luar Kampung Naga seperti wayang golek, dangdut, pencak silat, serta kesenian yang lain yang mempergunakan waditra goong. Sedang kesenian yang disebut warisan leluhur orang-orang Kampung Naga yaitu terbangan, angklung, beluk, serta rengkong. Kesenian beluk saat ini telah tidak sering dikerjakan, sedang kesenian rengkong telah tak di kenal lagi terlebih oleh kelompok generasi muda. Tetapi untuk orang-orang Kampung Naga yang akan melihat kesenian wayang, pencak silat, dsb diijinkan kesenian itu ditampilkan diluar lokasi Kampung Naga.

Adapu pantangan atau tabu yang lain yakni pada hari Selasa, Rabu, serta Sabtu. Orang-orang kampung Naga dilarang mengulas masalah adat-istiadat serta asal-usul kampung Naga. Orang-orang Kampung Naga benar-benar menghormati Eyang Sembah Singaparna yang disebut cikal akan orang-orang Kampung Naga. Sesaat itu, di Tasikmalaya ada suatu tempat yang bernama Singaparna, Orang-orang Kampung Naga menyebutnya nama itu Galunggung, lantaran kata Singaparna berdekatan dengan Singaparna nama leluhur orang-orang Kampung Naga

PAKET WISATA KAMPUNG NAGA & GUNUNG GALUNGGUNG

Include :
- Transportasi PP AC
- Retribusi
- Konsumsi 2x

Exclude :
- Tip untuk Guide
- Pengeluaran Pribadi

Itenerary :
                          05:30   : Regristasi ( Lokasi sesuai Kesepakatan )
                          11:00   : Tiba di Gunung Galunggung
                          12:00   : Makan Siang sederhana
                          13:30   : Menuju Kampung Naga
                          14:30   : Tiba di Kampung Naga
                          15:30   : Beli oleh-oleh di sekitaran
                          17:00   : Kembali ke Jakarta
                          21:00   : Diperkirakan tiba di Jakarta

 (Susunan acara bisa berubah sewaktu-waktu akibat cuaca, kepadatan lokasi dan alasan lainnya)

Harga : Rp. 350.000 / orang ( Minimal 12 Orang )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar